Selasa, 11 November 2008

TIGA KUNCI UNTUK JANTUNG SEHAT

dr. Nancy Bawiling
sports education faculty - UNIMA

Orang yang mempraktikkan tiga kunci: tidak merokok, berolahraga teratur, dan melakukan kerja fisik, ternyata berpeluang lima kali lebih tinggi terhindar dari penyakit jantung dan stroke daripada yang bergaya hidup sebaliknya.
Dede, peneliti utama Multinational Monitoring of Trends and Determinants in Cardiovascular Disease (MONICA) Indonesia mengamati sekelompok penduduk di Kecamatan Mampang Prapatan, Kebayoran Baru, dan Cilandak sejak tahun 1988. Dari 479 orang yang mengikuti penelitian sampai tahun 2001, 345 orang masih hidup, 112 meninggal, dan 22 pindah tak diketahui alamatnya.
Ketahanan hidup orang yang menerapkan trias SOK (stop merokok, olahraga dan kegiatan fisik) lebih baik (95,7 persen) dibanding tanpa SOK (81,1 persen). Mereka yang menerapkan gaya hidup SOK berdaya proteksi lima kali lipat terhadap penyakit jantung dan stroke.
Risiko terkena gangguan kardiovaskular bisa dihitung secara sederhana dengan "Skor Kardiovaskular Jakarta".
Terkait fungsi endotel
Proses aterosklerosis yang menjadi dasar timbulnya penyakit kardiovaskular berkait erat dengan fungsi endotel pembuluh darah yang terganggu oleh pelbagai faktor risiko. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah hiperlipidemia, hipertensi, hiperfibrinogemia, homosisteinemia, lipoproteinemia alfa, infeksi klamidia, merokok, diabetes melitus, obesitas, stres, dan kurang olahraga. Yang tak dapat dimodifikasi adalah faktor keturunan, jenis kelamin dan usia. Jika dibiarkan proses aterosklerosis dapat berakhir dengan kematian jantung mendadak maupun stroke.
Penelitian terbaru menunjukkan, peningkatan aliran darah sekitar 4 ml/menit pada pembuluh arteri mampu memperbaiki fungsi endotel. Olahraga dan kerja fisik dua sampai tiga kali per minggu dalam waktu 20 menit akan meningkatkan denyut jantung dan aliran darah lebih dari 4 ml/menit. Hal ini melindungi pembuluh darah dari proses aterosklerosis dan meningkatkan ketahanan hidup.
Data penelitian menunjukkan, penyebab kematian dari penduduk yang diteliti adalah: jantung (42,9 persen), stroke (25,9 persen), penyakit paru dan asma (12,5 persen), kanker (5,4 persen), dan penyakit lain (kurang dari empat persen). Lebih dari separuh meninggal di rumah, sepertiga meninggal di rumah sakit, 1,8 persen meninggal dalam perjalanan, dan 0,9 persen meninggal setelah berolahraga tenis yang didominasi anaerobik. Olahraga yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan harus didominasi aerobik, misalnya berenang, jalan kaki, joging, dan tidak bersifat kompetisi.
Skor Kardiovaskular Jakarta bisa digunakan untuk mengukur risiko terkena gangguan kardiovaskular. Skor berdasarkan jenis kelamin, usia, tekanan darah, merokok, diabetes, indeks massa tubuh dan aktivitas fisik ini sangat sederhana, tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium, sehingga bisa diterapkan di manapun.
Skor -7 sampai 1 merupakan risiko rendah, skor 2-4 risiko sedang, dan skor lebih dari 5 risiko tinggi. Setiap orang dapat melakukan upaya pencegahan secara aktif dengan meminimalkan skor yang dimiliki.
Kebijakan penanggulangan kardiovaskular harus menjadi program nasional dan diprioritaskan. Departemen Kesehatan perlu membuat model Kartu Kesehatan Keluarga dan model Otopsi Verbal Kardiovaskular standar untuk mengetahui penyebab kematian. Pemerintah perlu menyediakan prasarana untuk olahraga, memperbanyak tempat untuk jalan kaki, dan memfungsikan trotoar bukan untuk kegiatan berjualan.

****

2 komentar:

Anonim mengatakan...

artikel ini sangat bermanfaat. terima kasih yach!

Anonim mengatakan...

dokter yang masih muda tapi tidak ketinggalan iptek. Go go go go!